Proses
pengambilan keputusan pembelian ada lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku setelah pembelian. Tetapi pada faktanya
banyak orang melakukan suatu pembelian dengan pandangan dari masing individu
terhadap suatu produk yang di nilai baik.
Pengenalan Kebutuhan
Suatu
keadaan dimana individu merasa sangat membutuhkan sesuatu,missalkan
makan,minum,dll. Sehingga individu tersebut memfokuskan keinginannya kepada
sesuatu yang paling ia butuhkan
Hal
ini juga dapat terjadi dengan adanya rangsangan eksternal, misalkan kita
tertarik oleh mobil atau motor hasil pembicaraan dengan individu lain sehingga
mendorong kita untuk ingin mempunyai mobil atau motor tersebut.
Pencarian Informasi
Individu
yang mulai menentukan kebutuhannya biasanya di ikuti dengan proses pencarian
informasi yang muncul dari rasa ingin lebih tau tentang apa yang ia
butuhkan,dengan mencari sumber – sumber yang akurat . dari satu sember ke
sumber yang lainnya sehingga muncul rasa percaya diri yang kuat untuk dapat
mewujudkan apa yang ia inginni,dan bila situasi tidak atau belum memungkinkan
kiranya individu tersebut harus menimpan dahulu ambisinya hingga saat dimana ia
bisa mendapatkannya nanti.
Pengevaluasian Alternatif
Misalkan
individu mendapat informasi dengan berbagai merek dan harga yang berfariasi,di
pastikan hal ini akan mempengaruhi tingkat alternative yang akan diambil oleh
individu tersebut
Keputusan Pembeli
Keputusan
pembelian ini di ambil setelah individu mengevaluasi hasil dari pertimbangan
alternative yang sudah sekiranya memenuhi apa yang dibutuhkan dengan situasi
yang memungkinkan maka proses pembelian saat itu dapat di wujudkan.
Perilaku Setelah Pembelian
Dengan
pembelian yang sudah terjadi maka individu berhak mennentukan tingkat kepuasan
yang ia dapat setelah melakukan prosoes pembelian,bila individu sebagai
konsumen terpuaskan maka ini menjadi hal positif bagi pemasaran merek atau
produk yang telah terjual namun bila hasil kepuasan sangat mengecewakan maka
dipastikan penjualan dari merek atau produk tersebut akan menurun.
Model
proses pengambilan keputusan
Didalam dunia yang modern ini, kehidupan menuntut banyak
sekali keputusan yang harus dibuat, misalnya keputusan untuk menunda perkawinan
(KB), keputusan untuk membeli TV atau DVD oleh kepala rumah tangga, keputusan
untuk memberikan pinjaman dengan bunga rendah oleh pimpinan Bank Dunia,
keputusan untuk mengalokasikan investasi dan keputusan-keputusan lainnya yang
mempunyai ruang lingkup lokal atau daerah, sektoral, nasional, dan
internasional.
Mengambil atau membuat keputusan, pada dasarnya berarti memilih satu diantara sekian banyak alternative.
Mengambil atau membuat keputusan, pada dasarnya berarti memilih satu diantara sekian banyak alternative.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap
yaitu ;
PENGENALAN MASALAH -> PENCARIAN INFORMASI -> EVALUASI ALTERNATIF -> PILIHAN -> EVALUASI PASCAAKUISISI
1. PENGENALAN MASALAH
Pengenalan masalah terjadi bila
suatu kebutuhan dirasakan oleh keadaan konsumen. Keadaan konsumen dipengaruhi
oleh stimulasi. persepsi, aspirasi dan lingkungan (seperti kebudayaan, kelompok
acuan, dan gaya hidup).
Yang mempersulit usaha
pengambilan keputusan ialah bahwa kondisi dan sifat lingkungan itu tidak selalu
dapat diketahui dengan pasti misalnya ketika konsumen menerima stimuli, seperti
harga produk yang sangat mahal, penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen
sangat berpengaruh, ancaman fisik, psikologi maupun sosial yang besar akibat
pemakaian produk, konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang
disukai, dan hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan
memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisiko
2. PENCARIAN INFORMASI
Setelah mengindentifikasi
masalah, konsumen memulai proses pencarian untuk memperoleh informasi mengenai
produk-produk yang mungkin mengeliminasi masalah tersebut. Para peneliti
mendapatkan bahwa ada dua jenis proses pencarian konsumen yaitu pencarian
internal dan eksternal.
Pencarian internal (internal
search) adalah usaha konsumen untuk memanggil kembali memori informasi jangka
panjang mengenai merk-merk produk atau jasa yang dapat memecahkan masalah
mereka. Pencarian eksternal adalah (external search) adalah meliputi akuisisi
informasi dari sumber-sumber luar, seperti teman, periklanan, pengepakan,
laporan konsumen dan personil penjualan.
3. EVALUASI ALTERNATIF
Inti dari pengambilan keputusan
ialah terletak dalam perumusan berbagai alternative. Pada tahap evaluasi
alternatif dari proses pemilihan atau akuisisi, konsumen membandingkan pilihan
yang di indentifikasikan sebagai cara yang potensial mampu memecahkan masalah
yang mengawali proses keputusan. Ketika membandingkan pilihan ini, konsumen
membentuk keyakinan, sikap, dan tujuan mengenai alternatif yang dipertimbangkan
serta memperhitungkan situasi, kondisi, waktu dan ruang. Memori, Arti, dan
Menilai Kebaikan/Keburukan. dalam mempertimbangkan hasil yang mungkin didapat
dari suatu keputusan, para konsumen juga mengingat kembali memori semantic dari
peristiwa-peristiwa serupa di masa lalu (Nostalgia).
4. PILIHAN
Setelah mengevaluasi semua
alternatif, langkah konsumen berikutnya dalam proses pengambilan keputusan
adalah membuat pilihan. Para konsumen memilih merk atau jasa alternatif, dan
mereka juga menentukan pilihan diantara toko-toko. Dalam proses pilihan
konsumen, konsumen juga dapat memilih alternatif yang tidak dapat dibandingkan
(noncomperable alternatives). Misalnya, orang dapat memilih antara menjalani
liburan yang mahal dengan membeli mobil, atau membeli perhiasan dan sebagainya. Bagaimana orang
menentukan pilihannya sangat dipengaruhi oleh jenis proses keputusan dimana
mereka terlibat. Proses pilihan akan berbeda bila konsumen menggunakan
pendekatan keterlibatan tinggi dibandingkan dengan keterlibatan rendah.
Tipe-tipe proses
pengambilan keputusan
Pada dasarnya tipe-tipe pengambilan keputusan dapat
dibedakan menjadi dua hal, yaitu:
1.
Keputusan yang diprogramkan :
Keputusan yang diprogramkan
merupakan keputusan yang direncanakan sesuai dengan kebiasaan, aturan, atau
prosedur yang berlaku. Biasanya hasil atau dampak dari keputusan ini tidak
mengejutkan karena cenderung berulang-ulang dan lebih bersifat rutinitas.
Kehadiran keputusan ini sering dengan mudah dapat diantisipasi sebelumnya oleh
karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini:
Kegiatan audit mutu internal, Rapat tinjauan manajemen, Pemeliharaan rutin,
Pemeliharaan suku cadang secara rutin, Mengikuti pelatihan yang direncanakan.
2.
Keputusan yang tidak diprogramkan :
Keputusan yang tidak diprogramkan
merupakan keputusan yang tidak direncanakan sebelumnya. Biasanya berkenaan
dengan masalah-masalah baru dan bersifat khusus. Dalam menangani tipe keputusan
ini, pimpinan cenderung menggunakan pertimbangan, intuisi, dan kreativitas.
Tipe keputusan ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan keputusan yang
diprogramkan. Waktunya sering tidak bisa diduga, bersifat darurat dan segera
sehingga cukup menyulitkan pimpinan dalam mengambil keputusan. Untuk lebih
jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini: Keluhan dari pelanggan,
Keterlambatan distribusi ke pelanggan, Kerusakan mesin yang berakibat fatal,
Pengunduran diri personel inti, Unjuk rasa dan pemogokan karyawan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemecahan masalah
Faktor-faktornya antara lain :
1. Masalah sederhana (
simple problem ) CORAK/JENIS MASALAH
- Ciri : Berskala besar, tidak berdiri sendiri (
memiliki kaitan erat dengan masalah lain ) mengandung
konsekuensi besar pemecahannya memerlukan pemikkiran yang tajam dan
analisis .
- Scope : pemecahan masalah dilakukan secara kelompok
yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya
- Jenis : Masalah yang terstruktur ( structured
problems ) dan masalah yang tidak terstruktur ( unstructured problems )
2. Masalah rumit (
complex problems ) CORAK/JENIS MASALAH
- Definisi : masalah yang jelas faktor
penyebabnya, bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sehingga
pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang
bersifat rutin, repetitif dan dibakukan.
- Contoh : pengajian, kepangkatan dan pembinaan
pegawai, masalah perijinan dll
- Sifat pengambilan keputusan
: relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan
metode / prosedur / program tetap
3. Masalah yang
terstruktur
- Definisi : penyimpangan dari masalah
yang bersifat umum, tidak rutin , tidak jelas faktor penyebab dan
konseukuensinya serta tidak repertitif kasusnya.
- Sifat pengambilan keputusan
: relatif lebih sulit dan lebih lama diperlukan teknik pk yang bersifat
non-programmed decision making
4.Masalah yang tidak terstruktur
Pendefinisian masalah yang baik :
Fakta dipisahkan
dari opini atau spekulasi
Data objek
dipisahkan dari presepsi
Semua pihak yang
terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
Masalah harus
dinyatakan secara eksplisit atau tegas , untuk menghindarkan dari pembuatan
definisi yang tidak jelas
Definisi yang
harus dinyatakan dengan jelas adanya ketidak sesuaian antara sekunder atau
harapan yang telah ditetapkan dan kenyataan yang terjadi
Definisi yang
dibuat harus dinyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau
berkepentingan dengan terjadinya masalah
Definisi yang
dibuat bukanlah severti sebuah solusi yang samar
Daftar
pustaka :
Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi
Konsumen, Graha ilmu, Yogyakarta, 2008
Johannes Supranto, Teknik Pengambilan Keputusan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1991
John C.mowen/Michael Minor, Prilaku Ponsumen jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002
Leon G. Schiffman dan leslie lazar kanuk, prilaku konsumen edisi 7, PT.Indeks kelompok Gramedia
S.P. Siagian, Teori dan praktek pengambilan keputusan, penerbit CV haji Masagung, Jakarta, 1988
Johannes Supranto, Teknik Pengambilan Keputusan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1991
John C.mowen/Michael Minor, Prilaku Ponsumen jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002
Leon G. Schiffman dan leslie lazar kanuk, prilaku konsumen edisi 7, PT.Indeks kelompok Gramedia
S.P. Siagian, Teori dan praktek pengambilan keputusan, penerbit CV haji Masagung, Jakarta, 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar