Selasa, 20 Mei 2014

agebsi kos

 

Pengertian Agency Cost

Biaya keagenan (agency cost) adalah konsep ekonomi mengenai biaya pemilik (principal) baik organisasi, perseorangan atau sekelompok orang, ketika pemilik (principal) memilih atau menyewa seorang "agen" untuk bertindak atas namanya. Kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda dan agen memiliki informasi lebih banyak , maka pemilik (principal) tidak bisa secara langsung memastikan bahwa agennya selalu bertindak dalam kepentingan yang terbaik bagi pemilik (principal).

Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan Aktivitas pencarian dana (financing decision) dan Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.

Agency costs dibagi menjadi 3
1.    Monitoring cost
Monitoring : biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen.
Missal : mengurangi aliran kas bebas dengan meningkatkan hutang dan distribusi kas ke pemegang saham melalui dividen atau pembelian kembali saham
2.    Bonding cost
Biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agenakanbertindak untuk kepentingan principal.
Misal: meningkatkan pembayarandividen dan jumlah hutang.
3.    Residual loss
Pengorbanan yang berupa berkurangnyakemakmuran principal sebagai akibatdari perbedaan keputusan agent dankeputusan principal.

Contoh dari biaya keagenan:
  1. Biaya yang ditanggung oleh pemegang saham pemilik (principal), ketika manajemen perusahaan (agen) membeli perusahaan lain untuk memperluas kekuasaannya, atau menghabiskan uang pada proyek-proyek yang lebih disukai bukannya memaksimalkan nilai perusahaan.
  2. Masyarakat sebagai pemilih dimana berperan sebagai principal ketika seorang politisi/wakil rakyat sebagai (agen). Seringkali politisi tersebut yang lolos legislatif selalu dibantu oleh "kontributor" besar untuk kampanye mereka daripada para pemilihnya.

Sumber biaya
Biaya ini terdiri dari dua sumber utama:
  1. Biaya interen terkait dengan penggunaan agen (misalnya, risiko bahwa agen akan menggunakan sumber daya organisasi untuk keuntungan mereka sendiri)
  2. Biaya teknik yang digunakan untuk mengurangi masalah yang terkait dengan agen menggunakan informasi pertemuan lebih lanjut tentang apa yang dilakukan agen (misalnya, laporan keuangan biaya produksi) atau menggunakan mekanisme untuk menyelaraskan kepentingan agen dengan principal (misalnya kompensasi eksekutif dengan pembayaran ekuitas seperti opsi saham).

Biaya keagenan dalam tata kelola perusahaan
Asimetri informasi yang ada antara pemegang saham dan Chief Executive Officer(CEO) umumnya dianggap sebagai contoh klasik dari masalah principal-agent. Agen (manajer) bekerja atas namaprincipal (pemegang saham), yang tidak mengamati tindakan, atau banyak tindakan, atau tidak menyadari dampak dari banyak tindakan agen. Yang paling penting, bahkan jika tidak ada informasi asimetris, desain kontrak manajer akan menjadi sangat penting untuk menjaga hubungan antara tindakan mereka dan kepentingan pemegang saham. Asimetri informasi memberikan kontribusi untuk masalah moral hazard dan adverse selection.

Biaya agensi terutama timbul karena biaya kontrak dan perbedaan kontrol, pemisahan kepemilikan dan kontrol serta tujuan manajer. Yang berbeda (bukan maksimalisasi pemegang saham)
Contoh dari Agency Cost
Pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan. Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka lakukan (dalam bentuk laporan keuangan), sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Disisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada, sehingga kreditor bisa menerima bunga atas pinjaman yang diberikan.

Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang merupakan salah satu dari agency cost (Jensen dan Meckling, 1976). Biaya pengawasan (monitoring cost) merupakan biaya untuk mengawasi perilaku agent apakah agent telah bertindak sesuai kepentingan principal dengan melaporkan secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan kepada manajer.


Uraian tersebut diatas memberi makna bahwa auditor merupakan pihak yang dianggap dapat menjembatani kepentingan pihak pemegang saham (principal) dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006) termasuk menilai kelayakan strategi manajemen dalam upaya untuk mengatasi kesulitan keuangan perusahaan. Auditor independen melakukan fungsi pengawasan atau monitoring atas pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan, sehingga auditor akan melakukan proses audit terhadap kewajaran laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas termasuk catatan atas laporan keuangan yang kemudian akan memberikan pendapat atas pekerjaan auditnya dalam bentuk opini audit. Auditor independen melakukan pengawasan atau monitoring karena manajer berkeinginan untuk menyajikan laporan keuangan agar tampak lebih baik dari kondisi senyatanya



STRUKTUR KEPEMILIKAN
Stuktur kepemilikan adalah suatu mekanisme yang dapat mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham sehingga agency costs dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan (Faisal, 2004). Terdapat tiga struktur kepemilikan yaitu kepemilikan pemerintah, kepemilikan terkosentrasi, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional.

Penjelasan Struktur Kepemilikan LPIP
Daftar Singkatan
1.BHI : Badan Hukum Indonesia
2.BHA : Badan Hukum Asing
3.LPIP : Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan

v  Contoh Kepemilikan Saham BHI pada LPIP


Ilustrasi diatas menggambarkan struktur kepemilikan saham PT. LPIP dengan penjelasan sebagai berikut:
PT. LPIP dimiliki oleh 3 (tiga) pihak yaitu BHI A, BHI B, dan BHI C, tanpa ada keterkaitan kepemilikan antar BHI dan tanpa adakepemilikan oleh pihak asing.
Sehingga kepemilikan maksimal untuk 1 (satu) pihak dalam PT. LPIP adalah 51%.


v  Contoh Kepemilikan Maksimal oleh 1 (satu) Pihak pada 1 (satu) LPIP
Ilustrasi A.3.1
A.3. Contoh Kepemilikan Maksimal oleh 1 (satu) Pihak pada 1 (satu) LPIP
Ilustrasi diatas menggambarkan struktur kepemilikan PT. LPIP dengan penjelasan sebagai berikut:
1.      Terdapat 1 (satu) pihak yaitu: BHI A yang merupakanpemegang saham PT. LPIP (di layer 1) dan juga merupakan pemilik PT. LPIP melalui BHI C (di layer2). Kepemilikan BHI A pada PT.LPIP maksimal adalah 51%.
2.      Besar kepemilikan BHI A pada PT. LPIP adalah:
BHI A = (% kepemilikan BHI A di PT. LPIP) ditambah (% kepemilikan BHI A di BHI
C dikali % kepemilikan BHI C di PT. LPIP)
= 31% + (50% x 40%)
= 51%
Kepemilikan BHI A pada PT. LPIP adalah 51%.
3.      Total kepemilikan BHI A pada PT. LPIP telah mencapai batas maksimal (51%), maka BHI A tidak diizinkan untuk menambah besar kepemilikan di PT. LPIP.
4.      Perhitungan kepemilikan maksimal 1 (satu) pihak pada 1 (satu) LPIP, berlaku juga untuk posisi pada layerlainnya. Contohnya adalah kepemilikan BHI D di PT. LPIP sebagai berikut:
BHI D = (% kepemilikan BHI D (layer2) di BHI A (layer1) dikali % kepemilikan BHI
A di PT. LPIP) ditambah (% kepemilikan BHI D (layer3) di BHI A (layer2) dikali % kepemilikan BHI A (layer2) di BHI C dikali % kepemilikan BHIC di PT. LPIP)
= (99% x 31%) + (99% x 50%x40%)
= 50%
Kepemilikan BHI D pada PT. LPIP adalah 50%.

v  Contoh Kepemilikan Maksimal oleh 1 (satu) Pihak pada beberapa LPIP

Ilustrasi A.4.1 menggambarkan struktur kepemilikan PT. LPIP dengan penjelasan sebagai berikut:
1.      Terdapat 1 (satu) pihak BHI yaitu BHI C yang menjadipemilik di beberapa LPIP yaitu: di PT. LPIP 1 dan PT. LPIP 2. Besar kepemilikan BHI C di seluruh LPIP maksimal adalah 51%.
2.      Besar kepemilikan BHI C di seluruh LPIP adalah:
a.       Kepemilikan BHI C sebagai pemegang saham PT. LPIP 1adalah: BHI C di PT. LPIP 1 = 21%
b.      Kepemilikan BHI C di PT. LPIP 2 adalah: BHI C = (% kepemilikan BHI C di BHI E) dikali (% kepemilikan BHI E di PT. LPIP 2)= 60% x 50% = 30%
Total kepemilikan BHI C di seluruh LPIP adalah: 21% + 30% = 51%.
3.      Total kepemilikan BHI C telah mencapai batas maksimal kepemilikan di seluruh LPIP (51%), maka BHI C tidak diizinkan untuk menambah besar kepemilikan di PT. LPIP lainnya.



Alternatif Mengurangi Agency Cost
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost diantaranya adalah, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan (insider ownership) atau kepemilikan manajerial oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Kedua, dengan cara mengaktifkan monitoring melalui investor-investor institusional. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal.

  selesai ,