JAKARTA,
KOMPAS.com - Perkembangan bisnis perbankan
syariah masih belum bisa berkembang pesat di Indonesia. Hal itu disebabkan
karena masih ada persoalan yang menghambat bisnis perbankan syariah tersebut.
Sekretaris
Jenderal Asosiasi Bank-bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana
menjelaskan hingga saat ini aset industri perbankan syariah masih memiliki
pangsa pasar di bawah 4 persen dibandingkan dengan keseluruhan perbankan
nasional. "Sebenarnya ada tiga masalah besar di perbankan syariah. Ini
yang menghambat perkembangan bisnis syariah sampai saat ini," kata Achmad
saat diskusi "Menguak Krisis Sumber Daya Insani di Perbankan Syariah"
di D Consulate Resto Jakarta, Senin (13/8/2012).
Pertama,
ketersediaan produk dan standarisasi produk perbankan syariah. Hal ini
dikarenakan selama ini masih banyak bank syariah yang belum menjalankan
bisnisnya sesuai prinsip syariah. Standardisasi ini diperlukan dengan alasan
industri perbankan syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional.
Apalagi, produk bank syariah tidak hanya diperuntukkan bagi nasabah muslim,
melainkan juga nasabah nonmuslim.
Kedua,
tingkat pemahaman (awareness) produk bank syariah. Hingga saat ini,
sangat sedikit masyarakat yang tahu tentang produk-produk perbankan syariah dan
istilah-istilah di perbankan syariah. "Hanya sekitar 30 persen dari sumber
daya yang direkrut mengetahui istilah perbankan syariah serta tingkat awareness-nya,"
tambahnya.
Selain
itu, masalah ketiga industri perbankan syariah adalah sumber daya manusia
(SDM). Masalah yang terjadi adalah pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDM
perbankan syariah yang berkompeten dan mumpuni. "Kami justru banyak
mengambil SDM untuk perbankan syariah dari perbankan konvensional dan SDM-SDM
yang potensial. Sangat sedikit SDM yang diambil atau lulusan perguruan tinggi
syariah," katanya.
Menurut
Achmad kecenderungan mengambil SDM dari luar perguruan tinggi syariah karena
SDM di perbankan syariah biasanya justru mudah diberikan pengetahuan tentang
perbankan syariah.
Dari
sisi karir, Achmad juga mengiming-imingi kemudahan untuk bersaing dibandingkan
dengan karir di perbankan konvensional. "Rata-rata motivasi mereka bekerja
adalah mencari karir dan pendapatan. Secara karir, SDM perbankan syariah tidak
kalah dengan perbankan syariah, karena orangnya minim sehingga mudah untuk naik
jenjang karir. Beda dengan perbankan konvensional yang sudah jenuh," jelasnya.
Sekadar
catatan, Bank Indonesia memproyeksi industri perbankan syariah bisa memiliki
pangsa pasar sebesar 15 persen pada 10 tahun mendatang (atau sekitar tahun
2022) apabila bisa mengalami pertumbuhan yang stabil seperti beberapa tahun
terakhir.
Deputi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah yang saat ini menjadi anggota
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan industri perbankan syariah mengalami
pertumbuhan dengan rerata 40,5 persen per tahun, dalam setengah dasawarsa
terakhir. Pertumbuhan tersebut dua kali lebih cepat dibandingkan dengan
perbankan konvensional sehingga pangsa pasarnya terus meningkat dalam beberapa
tahun terakhir. Namun saat ini pangsa pasarnya (berdasarkan aset) masih sekitar
4 persen.
Editor :
Erlangga Djumena
sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/13/15282835/Tiga.Masalah.Terbesar.di.Bank.Syariah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar