Imbalan sebagai bentuk
pengukuhan
Imbalan adalah sesuatu yang
meningkaatkan frekuensi kegiatan seorang pegawai. Sesuatu dinamakan imbalan
atau bukan, tergantung pada keseluruhan pengaruh terhadap perilaku pegawai.
Jika kinerja seorang pegawai diikuti oleh sesuatu dan kinerja lebih sering
terjadi di saat kemudian setelah sesuatu, maka sesuatu tersebut disebut
imbalan.
Imbalan dalam pekerjaan
memungkinkan sebuah kinerja akan diulang pada waktu yang akan datang. Sebagai
contoh, seorang supervisor operator komputer menginginkan terjadi penurunan
jumlah format yang tidak terpakai akibat kesalahan pencetakan dalam
departemennya, dengan cara memberikan reaksi kepada masing-masing operator.
Hasilnya tindakan supervisor tersebut diikuti penurunan jumlah kesalahan pencetakan
setiap hari dari 50 hingga 23. Pemberian reaksi atau tanggapan seperti itu
merupakan imbalan untuk meningkatkan kinerja pegawai operator komputer.
Penelitian Sims dan Szilagyi
(1975) menunjukkan pemberian imbalan yang positif oleh pimpinan mempunyai
hubungan yang positif terhadap peningkatan kemampuan dan kepuasan pegawai pada
kelompok tugas administratif, profesi, teknik dan pelayanan di Rumah Sakit.
Pegawai yang diberikan imbalan dilaporkan Cherington et.al. (1971), Podsakoff
(1984) mengalami peningkatan kepuasan bekerja dari pada pegawai yang tidak
diberi. Sementara itu, dari penelitian Robinson dan Larsen (1990) terhadap para
pegawai penyuluh kesehatan pedesaan di Columbia menunjukkan bahwa pemberian
imbalan (reward) dan umpan balik (feedback) mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap performa kerja pegawai.
Dalam praktek, sayangnya sering
terjadi kesalahan pemberian imbalan (disfunctional reward). Pemimpin memberikan
imbalan justru terhadap perilaku pegawai yang tidak diharapkan, sementara itu
hukuman justru diberikan pada perilaku pegawai yang baik (Prawirosentono,
1999). Sebagai contoh seorang pegawai yang mempunyai kemampuan menyelesaikan
tugas laporan yang buruk, tiba-tiba pimpinan mengalihkan tugas secara permanen
kepada pegawai lain yang dipercaya mampu mengerjakannya dengan baik. Pada
situasi seperti itu, secara tidak sengaja seorang pegawai memperoleh imbalan
dengan membuat kesalahan dan seseorang mendapat hukuman setelah membuat
pekerjaan yang baik.
Untuk itu, selain pengetahuan
tentang imbalan yang tepat, seorang pimpinan juga harus mampu memilih
jenis-jenis imbalan yang berarti bagi pegawai, karena sebuah imbalan dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda. Sebagai contoh, ajakan makan di luar bagi
orang yang bekerja seluruh waktunya berada di jalan, ajakan tersebut bukan
merupakan sebuah imbalan. Lain halnya bagi orang yang tidak pernah makan di
luar dan ia harus menyiapkan makanannya sendiri. Untuk itu perlu
dipertimbangkan jenis-jenis imbalan yang akan diberikan sesuai situasi dan
kondisi organisasi.
Imbalan intrinsik dan
ekstrinsik
Imbalan intrinsik (Simamora,
1999) adalah imbalan yang dinilai di dalam dan dari diri pegawai, yang melekat
pada aktivitas itu sendiri. Pemberian imbalan ini tidak tergantung pada
kehadiran atau tindakan orang lain. Tipe imbalan intrinsik adalah seperti
perasaan yang berbeda yang dialami oleh pegawai sebagai akibat kinerja mereka
pada pekerjaan. Contoh imbalan intrinsik ini adalah perasaan individu akan
kemampuan pribadi (personal competence) sebagai akibat dari pelaksanaan
pekerjaan dengan baik, perasaan pencapaian pribadi, tanggungjawab dan otonomi
pribadi dan perasaan pertumbuhan dan pengembangan pribadi.
Imbalan intrinsik memiliki
potensi untuk memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku individu dalam organisasi.
Alat utama yang dapat digunakan agar individu dapat mendapatkan imbalan
intrinsik dari pekerjaan mereka terletak dalam cara-cara organisasi merancang
pekerjaan pegawai-pegawainya. Imbalan ekstrinsik tidak
mengikuti secara alamiah atau secara inheren kinerja sebuah aktivitas, namun
diberikan kepada pegawai oleh pihak-pihak dari luar. Imbalan-imbalan ini sering
digunakan oleh organisasi dalam usaha untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja
pegawai. Termasuk dalam imbalan ekstrinsik adalah pengakuan dan pujian dari
atasan, promosi, tunjangan-tunjangan finansial serta imbalan sosial seperti
kesempatan untuk berteman dan menjumpai banyak orang baru.
Mengingat bahwa imbalan
ekstrinsik dihasilkan oleh sumber-sumber dari luar, maka agar pegawai mendapat
pujian, promosi dan imbalan sosial tergantung pada persepsi dan pertimbangan
individu oleh atasannya. Perolehan imbalan finansial tergantung pada
kebijakan-kebijakan gaji dan keuangan dari organisasi.
Pemberian imbalan finansial
tidak selalu efektif dalam pengelolaan kinerja pegawai (Daniels dan Rosen,
1982). Dari hasil survei oleh Lee Hecht Harrison dalam program penempatan
pegawai dan pengelolaan karir pada perusahaan di New York, menunjukkan bahwa
peningkatan upah dan pembayaran insentif (financial rewards) tidak membantu
menurunkan angka pegawai yang keluar dari pekerjaan. Tingginya angka pegawai
yang keluar dapat diatasi jika para pemimpin perusahaan menggabungkan cara-cara
peningkatan kegiatan pengembangan karier dengan komunikasi yang bersahabat dan
fleksibilitas hubungan staf (non-financial rewards).
Dalam lingkungan kerja terdapat
motivator-motivator utama bagi para pegawai. Dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan pada para pegawai untuk mengidentifikasikan sesuatu yang dirasakan
sebagai pendorong motivasi yang paling utama adalah: pekerjaan yang menarik dan
memberikan tantangan, pengakuan terhadap hasil pekerjaan yang baik, perasaan
ikut memiliki dalam pekerjaan, keamanan dan keselamatan kerja dan upah yang
menarik. Motivator lainnya termasuk menghormati perseorangan, kondisi kerja
yang baik, komunikasi yang terbuka dengan pimpinan, peluang bagi pengembangan
dan kepemimpinan yang kompeten.
Proses soalisasi
dan karir
Proses
sosialisasi adalah suatu proses dimana kita dapat bergaul dalam suatu komunitas
tertentu maka disitulah proses sosialisasi akan terjadi. Sedangkan karir adalah
suatu deretan posisi yang di duduki oleh seorang selama perjalanan usianya.
Individu memasuki organisasi memperkerjakan individu-individu untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu yaitu pekerjaan menurut struktur organisasi
itu. Jadi kepentingan individu dan organisasi serta tujuannya harus disesuaikan
jika keduanya ingin efektif. Proses penyadaran individ akan harapan organisasi
disebut sosialisasi, pengembangan karir dan sosialisasi adalah dua aktifitas
yang saling berkaitan yang memberikan dampak pada prestasi baik prestasi
organisasi maupun individu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar